Jumat, 20 November 2009

Mengenal Islam Lebih Dekat


Manusia adalah mahluk yang lemah dan terbatas, diakui atau tidak, manusia membutuhkan tempat bergantung. Hanya saja apa yang menjadi tempatnya bergantung bisa saja berbeda. Mungkin berupa benda, makhluk, atau sesuatu yang tak dapat di indra tetapi di yakini keberadaannya, yang jelas yaitu sesuatu yang dianggap lebih dari dirinya dan bisa melindunginya. Ini dikarenakan pada diri manusia terdapat suatu naluri (ghorizah) untuk mengagungkan sesuatu. Naluri ini secara fitrah ada pada diri manusia.





Untuk seorang muslim, tentu saja yang dijadikan tempat bergantung adalah Allah SWT. Dia memang tak dapat di indra, tetapi keberadaanNya di yakini dengan adanya bukti-bukti nyata yang bisa kita indra, misalnya bumi, alam semesta dan segala isinya. Semua itu dijadikan bukti oleh orang-orang yang berfikir akan adanya Allah SWT, meskipun wujudNya tidak terindra. Sebagaimana firman Allah SWT :

“Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berfikir” ( TQS. Al-Imron :190 )

“(Dan) diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah di ciptakanNya langit dan bumi serta berlain-lainannya bahasa dan warna kulitmu” (TQ.S Ar-Rum : 22)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi. Silih bergantinya malam dan siang. Berlayarnya bahtera di laut yang membawa apa yang berguna bagi manusia. Dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Ia hidupkan bumi sesudah matinya (kering). Dan Ia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, Dan pengisaran air dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. Sesungguhnya (semua itu) terdapat tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” ( TQ.S Al-Baqoroh : 164)

Alam semesta, manusia, dan kehidupan memiliki sifat lemah, serba kurang dan terbatas. Manusia dikatakan lemah karena ia membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Alam semesta di katakan terbatas karena merupakan kumpulan dari benda-benda yang bersifat terbatas pula. Demikian juga dengan hidup, hidup dikatakan terbatas karena hanya akan berakhir pada satu individu saja. Jika ketiga unsur tersebut terbatas, maka di butuhkan sesuatu yang azali sebagai penciptanya, yaitu Allah SWT.

Begitu teraturnya waktu siang dan malam yang datang silih berganti, planet –planet yang teratur berputar pada orbitnya masing-masing, sehingga tidak saling bertabrakan satu sama lainnya. Dibalik semua itu pasti ada sesuatu yang menciptakan dan mengaturnya, tiada lain dan tiada bukan ialah Allah SWT.

Allah SWT telah menciptakan manusia, dan memberikan aturan untuknya, karena selain sebagai Khalik Allah juga sebagai Mudabbir (pengatur) . Barang siapa yang berbuat sesuai dengan aturan Allah tersebut, maka ia beruntung. Sedangkan apabila mengambil aturan yang di buat oleh selain Allah, maka merugilah dia. Karena kita tau, bahwa sesuatu yang telah menciptakan kita pasti akan lebih tau mana yang baik dan yang buruk untuk kita dari pada siapa pun juga, maka aturan yang dibuatNya pasti adalah yang terbaik untuk kita.

Aturan tersebut sampai pada manusia melalui para Rasul, bersama kitab yang dibawanya. Rasulullah SAW adalah nabi terakhir yang membawa kitab Al-Qur’an sebagai pedoman hidup sampai akhir zaman. Ia membawa sebuah dien untuk kehidupan manusia, ialah dienul Islam yang Mulia.

Islam adalah satu-satunya dien yang sempurna, yang mana segala aturan hidup ada padanya. Tak hanya menyangkut soal agama, tapi juga masalah ekonomi, politik, social, budaya, dan yang lainnya. Tapi sayangnya saat ini Islam hanya dianggap sebagai ibadah ritual biasa, hanya di terapkan pada setiap individu-individu saja. Aturan-aturannya tentang kehidupan disingkirkan dan dig anti dengan aturan yang telah dibuat manusia yang mana rusak dan bobrok. Padahal jika Islam di terapkan secara kaffah, dalam segala aspek kehidupan akan memberikan kesejahteraan untuk seluruh umat. (bersambung..) NN

Comments :

0 komentar to “Mengenal Islam Lebih Dekat”


Posting Komentar